Kemarin saya habis ngobrol sama beberapa teman saya tentang membahas struggle-nya ketika berbisnis dan ketemu klien. Kalau ketemu klien, kita diharuskan untuk bisa senyum dan ketawa palsu, kalau sebutan umumnya "ya senyum dan ketawa profesional."
Nah, setelah kita bisa menguasai senyum dan ketawa profesional, maka kita harus belajar tentang basa-basi. Karena kunci dari network dan membangun relasi atau membangun kesan yang bagus itu bisa sukses dengan basa basi.
Oke, langsung aja. Bagi sebagian orang, basa-basi itu buang-buang waktu aja, sebuah obrolan yang enggak bermakna dan gak berkesan. Padahal, seperti yang saya sebutkan tadi, basa-basi adalah cara untuk membangun koneksi dan ikatan emosional dengan orang-orang yang baru kita temui. Tapi gak cuman itu aja, basa-basi ini juga kepakai kalau kita ketemu teman, rekan bisnis, atau bahkan pasangan kita. Yang tentunya hubungan itu bisa terjadi karena dulu kita mulai dengan basa-basi.
Ingatlah, pembahasan yang penting dan serius itu biasanya dimulai dari basa-basi yang terkesan tidak penting. Nah, terus tantangan dari basa-basi ini, apa? Biasanya basa-basi itu cepat banget terjadi sampai kita enggak siap dan enggak ada naskah untuk basa-basi. Jadi kita dituntut untuk terus mengikuti, terus follow up dengan hal yang sedang terjadi atau yang sedang kita bicarakan. Nah, seringnya kesalahan ketika kita berbasa-basi itu, kita menganggap bahwa basa-basi seperti bulu tangkis di mana kita saling melempar pertanyaan dan membebankan obrolan pada lawan bicara, yang padahal basa-basi itu seperti juggling. Jadi kita harus terus menjaga bola tetap berputar dan jangan sampai jatuh ke tanah. Basa-basi yang baik itu terjadi ketika semua orang yang ada dalam obrolan menikmati apa yang sedang mereka bicarakan dan tidak terbebani tentang apa yang akan dibahas selanjutnya. Itulah seni dari berbasa-basi.
Saya akan kasih langkah-langkah yang bisa jadi acuan ketika kita ingin berbasa-basi.
Pertama, tujuanmu itu adalah untuk menjadi tertarik, bukan menarik. Biasanya orang-orang tuh berpikir bahwa mereka harus menarik agar obrolan jadi lebih hidup, yang padahal orang itu lebih suka didengarkan daripada mendengarkan. Jadi, kamu harus tertarik dengan lawan bicaramu, tertarik dengan apa yang sedang dibahas, tertarik dengan hobinya, tertarik dengan pencapaiannya, dan tertarik dengan apun tentang orang yang sedang kamu ajak bicara. Jadi, langkah pertama adalah menjadi tertarik.
Kedua, 3 Second rules atau aturan 3 detik. Kalau lawan bicaramu melontarkan pertanyaan, kasih jeda 3 detik setelah dia berhenti berbicara dan tunjukkan seakan-akan kamu tertarik dan sedang berpikir, lalu baru kamu jawab. Ini sistemnya mirip dengan kuliah negosiasi. Kita menanamkan ilusi bahwa kita menanggapi lawan bicara kita dengan serius sehingga dia merasa kita menghormatinya.
Ketiga, pancing lawanmu untuk bercerita lebih banyak. Bisa pakai kata-kata simpel seperti "terus gimana, Pak?" dan sebagainya. Atau kalau mau lebih canggih, kalian bisa melakukan mirroring. Mirroring adalah kecocokan dengan perilaku seseorang dengan orang lainnya, apakah itu suara mereka, kata-kata mereka, atau isyarat non-verbal seperti cara berpikir, pergerakan, dan postur tubuh.
Keempat, to the point. Basa-basi kan komunikasi spontan, jadi kamu gak perlu terlalu perfect dalam menjawab. Jadi, kalian gak perlu menjelaskan sesuatu dengan detail dan panjang lebar, cukup dibikin simpel dan sederhana, intinya langsung kesimpulannya aja.
Kelima, struktur kata. basa-basi kan sifatnya spontan dan impulsif, karena itu basa-basi jadi acak-acakan dan tidak beraturan. Biasanya saya pakai tiga kata kunci:
- Pertama, apa misalnya "Apa, Pak?". Apa ini digunakan untuk membahas ide, gagasan, tujuan, atau pemikiran yang ingin dibicarakan.
- Kedua, lalu misalnya "Lalu, gimana, Pak?" Pakai terus juga bisa gunanya untuk menanyakan hal yang mendasari ide tersebut layak dibicarakan.
- Ketiga, jadi misalnya "Jadi, gimana, Pak?" gunanya untuk membuat basa-basi mulai memasuki fase yang lebih serius dan mungkin membuat pembicaraan tidak sekedar cuman basa-basi lagi.
Keenam, tanyakan seolah-olah kita penasaran atau kita ingin belajar. Sebenarnya mirip-mirip sama poin ketiga, gunanya untuk menunjukkan rasa penasaran dan antusiasme kepada lawan bicara kita, sehingga dia mau ngobrol lebih banyak.
Ketujuh, tentang cara memulai basa-basi. Kalau lawan bicaramu diam aja, kalian bisa buka dengan hal-hal yang ringan. Seperti "Apa kabar? Gimana kabarnya, Pak?" Apa kabar itu awalan basa-basi yang sangat natural, tapi biasanya susah untuk dikembangkan. Kalau saya, biasanya saya observasi dulu dia bawa apa, dia melakukan apa, atau saya sudah tahu beberapa info tentang dia sebelumnya. Misalnya, saya tahu dia fans MU dan kebetulan tadi MU habis kalah, saya buka basa-basi dengan "Wah, tadi malam MU kalah ya, Mas?"
Kalau dia suka motor, tanyain tentang motornya. Dia suka buku, tanyain tentang bukunya. Dia suka mobil, tanyain tentang mobilnya, dan sebagainya.
Kedelapan, mengakhiri basa-basi. Kadang hal yang lebih sulit dari memulai basa-basi itu adalah mengakhirinya. Kalau kalian mengakhiri dengan alasan-alasan yang tidak tepat, itu bisa membuat basa-basi kalian tidak berguna. Misalnya, "Ya udah, Mas, saya capek mau pulang dulu" atau "Oke, gitu aja, Mas, saya mau berak dulu." Nah, daripada gitu, kalian bisa ngomong, "Pak, saya pamit dulu ya. Kebetulan saya sudah ada jadwal habis ini." Kalau kayak gini, kan kita bisa mengakhiri obrolan dengan lebih lembut.
Sumber: disini